Bernarkah 3 Bank BUMN Tergadai ke Cina?



Amuntai - Dalam beberapa minggu ini beredar kabar luas bahwa Bank BUMN digadaikan dengan berhutang ke CINA, awalnya mulai media lokal, Nasional sampai anggota DPR pun ikut berbicara.
BENARKAH 3 Bank BUMN Tergadai ke CINA?


Sudah ada pernyataan resmi dari Kepala Bidang Komunikasi Publik Kementerian BUMN, Teddy Purnama, kepada detikFinance, Kamis (17/9/2015).
Setiap perbankan memperoleh alokasi kredit US$ 1 miliar atau setara Rp 14 triliun dari CDB. Teddy mengatakan, CDB memberi fasilitas kredit dengan tenor atau jangka waktu 10 tahun.
"Ini sudah fix dan langsung menerima," jelasnya.
Suntikan pinjaman dari CDB akan dipakai untuk financing dan refinancingberbagai program pembangunan dan perdagangan.

"Pinjaman ini akan dipergunakan oleh Bank BUMN untuk pembiayaan infrastruktur dan proyek lain yang meningkatkan ekspor," tuturnya.
Nantinya, 30% dari dana pinjaman tersebut akan diterima dalam mata uang yuan atau Renminbi (RMB). Sementara sisanya dalam bentuk dolar AS (sumber : detdiketik finance)
 
Seperti diketahui bersama bahwa proyek Kereta Cepat CINA dengan meminta jaminan maupun permodalan pemerintah ditolak oleh Presiden Jokowi, kenapa malah Bank BUMN  digadaikan? Tapi mari kita urai satu persatu kenapa muncul issue “DIGADAIKAN”.

Menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) Perbankan Nasional membutuhkan permodalan yang kuat untuk bersaing dengan Bank – Bank Besar Asean Lainnya, untuk membiayai proyek infrastruktur dan lainnya, karna jika tidak maka Bank Nasional akan kalah bersaing karna terbatasnya modal.

Sempat ada issue akan dimerger nya Bank BUMN namun dibatalkan karna terjadinya penolakan dari internal Perbankan sendiri maupun masyarakat.

langkah berikutnya yang dilakukan Pemerintah melaui kementrian BUMN adalah dengan meminta penyertaan modal Rp 5 trilyun dimana sudah kita ketahui bersama sudah ditolak oleh DPR.

Langkah terakhir inilah yang menjadi issue yang luar biasa, bahkan sudah menggunakan istilah “TERGADAI” “DIJUAL”

Cina memberikan hutang kepada Perbankan Nasional (Bank Mandiri, BRI & BNI) sebesar USD 3 Milyar (± 42 trilyun rupiah)
3 bank BUMN ini dapat hutang masing masing 1 miliar usd (± 14 trilyun rupiah),

Menurut kompas online, november 2014 :
Aset bank Mandiri : 798,19 trilyun,
Aset bank BRI : 705,29 trilyun,
Aset Bank BNI : 408,05 trilyun.

Pertama : Hutang dari Cina hanya ± 1 - 3% dari asset 3 bank tersebut diatas.

Kedua : Berbicara tentang Akuntansi, Neraca itu terdiri dari Asset (aktiva), sumber asset apa (sisi kanan / Passiva) ? 
Hanya dua, yaitu Hutang dan Modal.
Ketika Perbankam mau melakukan ekspansi bisnis mesti ada "penambahan modal", pilihannya utama hanya ada dua itu tadi yaitu :

Sisi Modal : menerbitkan/menjual saham baru, menahan laba (deviden), Penyertaan Modal (sudah ditolak DPR RI).
Sisi Hutang : tabungan, deposito, utang. 
Kita belum tahu berapa bunga pinjamanan persisnya dari CDB, namun biasanya utang luar negri bunganya ± 5%, atau lebih rendah. Masih lebih baik dari pada deposito 7,5% 
Bahkan saat ini masih ada Perbankan yang memberikan bunga deposito sampai 10% di Indonesia. 
Jadi bahwa Hutang ini hal yang biasa bagi perusahaan dan dalam hal ini Perbankan.  
Tidak ada neraca perusahaan yang tidak ada hutangnya.

Ketiga : Apa fungsi penambahan modal buat bank? Mesti penambahan Ekspansi Bisnis (kredit dll). Ini kan dampaknya ke banyak hal ; Pertumbuhan Ekonomi, Penambahan lapangan kerja karna pengusaha lebih banyak dapat tambahan modal usaha.

Keempat : Dengan masuknya Fresh Fund 3 milliar USD (± 42 triylun), malah akan memperkuat nilai tukar rupiah, bukankah hal ini yg kita inginkan? 

Kelima : Rasio kecukupan modal (CAR) Bank Mandiri tercatat di angka 17,6 %, BRI di angka 20,4%, dan BNI di angka 17 % per Semester I 2015. (Indef), 

Keenam : Pada 2014 3 Bank BUMN ini yaitu ; BRI memperoleh laba Rp 24,2 triliun, Bank Mandiri dengan catatan laba Rp 19,9 triliun,
lalu BNI menjadi bank dengan pertumbuhan laba tertinggi dengan catatan 19,1 persen dari Rp 9,05 triliun menjadi Rp 10,78 triliun (bisniskeuangan.kompas.com).


Jadi apakah kita masih akan mengatakan hutang 1 - 3% dari Assets untuk kebutuhan Bisnis Perbankan sama dengan digadaikan?

Apakah sama dengan Hutang Luar Negri jaman Presiden Soeharto untuk Korupsi BLBI?
atau jaman Presiden SBY misalkan Utang Luar Negri untuk kebutuhan Konsumtif seperti Subsidi atau  seperti BLT dengan bunga antara 12-13%?


Hutang luar Negri adalah hal yang wajib kita kritisi, sejauh mana penggunaannya, urgensinya, manfaatnya. Tetapi pemberitaan yang beredar baik media lokal maupun nasional saat ini tentang Bank BUMN “TERGADAI” dengan Hutang USD 3 Miliar adalah sesuatu hal yang berlebihan.

0 Comments:

Posting Komentar